Thursday, April 25, 2013
Thursday, April 18, 2013
Analisis Minimarket Alfamart dengan menggunakan Porter's Five Forces & Strategy Generic Porter's
Apa itu Porter’s Five Forces?
Porter’s
Five Forces adalah sebuah kerangka model/ alat
yang digunakan untuk menganalisis keadaan lingkungan bisnis dan untuk
mengembangkan strategi bisnis perusahaan. Pemodelan Porter’s Five Forces ini
pertama kali dikemukakan di dalam buku “Competitive Analysis” oleh Michael
Porter, seorang dosen jurusan bisnis di Universitas Hardvard. Pemodelan
Porter’s Five Forces merupakan lima kekuatan utama yang perlu untuk dianalisis
sebelum melakukan tindakan pengambilan keputusan. Penganalisaan tersebut menghasilkan
jawaban-jawaban penting bagi perusahaan yang sangat membantu untuk memahami
lebih kompleks mengenai lingkungan bisnis yang sedang dijalankan, dan membantu
untuk mengetahui standart keunggulan yang dibutuhkan dalam kompetisi
perdagangan untuk saat ini maupun waktu yang akan datang. Hasil analisis
tersebut juga menjadi input yang berguna dalam analisis SWOT. Dengan begitu
perusahaan dapat mengantisipasi kelemahan dan ancaman-ancaman baru,
meningkatkan kekuatan perusahaan, serta dapat menghindari terjadinya
pengambilan keputusan yang salah.
Berikut
ini adalah pendekatan Porter’s Five Forces :
Rivalry (Persaingan)
Model pendekatan ini membantu dalam mengetahui seberapa kuat kompetisi yang sedang terjadi diantara pesaing yang sudah ada. Para kompetitor saling memperebutkan market share. Dalam sistem ekonomi tradisional para kompetitor bersaing dalam segi harga, namun seiring berkembangnya teknologi yang sangat cepat memunculkan inovasi-inovasi baru yang menyebabkan persaingan pada saat ini lebih berkembang, yaitu persaingan dalam keunggulan kompetitif (Competitive Advantage). Dalam hal ini para pesaing berusaha menggunakan pendekatan keunggulan harga (Cost Advantage), yaitu memberikan penawaran yang sama dengan harga yang lebih rendah. Ada juga bentuk persaingan dalam hal keunggulan diferensiasi (Differentiation Advantage), dimana pesaing berusaha menciptakan produk yang lebih bagus dan inovatif dibandingkan dengan produk lawannya.
Besar kecilnya persaingan yang terjadi antar kompetitor dapat dilihat melalui seberapa besar tingkat concentration rasionya. Bila tingkat concentration rationya tinggi, mengindikasikan bahwa jumlah pesaingnya hanya sedikit. Biasanya hal ini terjadi dalam kasus persaingan antara perusahaan-perusahaan besar saja, yang kecendrungannya akan terjadi monopoli dalam pasar karena kurangnya persaingan. Sedangkan bila tingkat concentration rationya rendah, hal itu mengindikasikan bahwa terdapat banyak pesaing dalam industri tersebut. Dalam hal ini marketshare tidak dikuasai oleh perusahaaan tertentu secara signifikan.
Model pendekatan ini membantu dalam mengetahui seberapa kuat kompetisi yang sedang terjadi diantara pesaing yang sudah ada. Para kompetitor saling memperebutkan market share. Dalam sistem ekonomi tradisional para kompetitor bersaing dalam segi harga, namun seiring berkembangnya teknologi yang sangat cepat memunculkan inovasi-inovasi baru yang menyebabkan persaingan pada saat ini lebih berkembang, yaitu persaingan dalam keunggulan kompetitif (Competitive Advantage). Dalam hal ini para pesaing berusaha menggunakan pendekatan keunggulan harga (Cost Advantage), yaitu memberikan penawaran yang sama dengan harga yang lebih rendah. Ada juga bentuk persaingan dalam hal keunggulan diferensiasi (Differentiation Advantage), dimana pesaing berusaha menciptakan produk yang lebih bagus dan inovatif dibandingkan dengan produk lawannya.
Besar kecilnya persaingan yang terjadi antar kompetitor dapat dilihat melalui seberapa besar tingkat concentration rasionya. Bila tingkat concentration rationya tinggi, mengindikasikan bahwa jumlah pesaingnya hanya sedikit. Biasanya hal ini terjadi dalam kasus persaingan antara perusahaan-perusahaan besar saja, yang kecendrungannya akan terjadi monopoli dalam pasar karena kurangnya persaingan. Sedangkan bila tingkat concentration rationya rendah, hal itu mengindikasikan bahwa terdapat banyak pesaing dalam industri tersebut. Dalam hal ini marketshare tidak dikuasai oleh perusahaaan tertentu secara signifikan.
Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi tingkat persaingan:
- Diferensiasi Produk, yaitu jika industri yang produknya dianggap
sebagai komoditas, maka pilihan pembeli banyak didasarkan oleh karena pelayanan
dan harga yang dapat menyebabkan desakan untuk melakukan persaingan harga dan
pelayanan semakin tinggi.
- Biaya Produk, yaitu industri yang memiliki biaya tinggi akan
mendorong kompetitornya untuk menghasilkan produk/ jasa yang lebih murah.
- Perpindahan biaya, yaitu bila terjadi perpindahan konsumen ke
harga yang lebih tinggi maka persaingan akan berkurang.
- Hambatan untuk keluar, yaitu jika hambatan untuk keluar dari
industri semakin sulit maka persaingan akan semakin besar.
- Pertumbuhan industri yang lamban akan mengubah persaingan menjadi
ajang perebutan pangsa pasar bagi perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan
ekspansi.
- Tujuan strategis, yaitu jika kompetitor mengerjar pertumbuhan
secara agresif maka persaingan yang terjadi akan semakin besar.
Barriers to Entry (Hambatan Masuk)
Persaingan tidak hanya terfokus kepada pesaing-pesaing lama saja, namun pesaing baru pun mampu menjadi kompetitor yang patut untuk di wapasdai. Ancaman bagi pendatang baru perlu diperhatikan karena biasanya datang kedalam dunia industri dengan membawa ide, inovasi dan strategi yang baru. Sulit halnya bagi industri kreatif yang harus selalu membawakan inovasi-inovasi baru yang terdepan bagi produknya agar tidak terlempar dari dunia industri. Namun, pasti setiap perusahaan juga telah memiliki strategi bertahan dan menciptakan hambatan untuk mencegah pesaing baru memasuki pasar demi melindungi tingkat keuntungan perusahaan.
Persaingan tidak hanya terfokus kepada pesaing-pesaing lama saja, namun pesaing baru pun mampu menjadi kompetitor yang patut untuk di wapasdai. Ancaman bagi pendatang baru perlu diperhatikan karena biasanya datang kedalam dunia industri dengan membawa ide, inovasi dan strategi yang baru. Sulit halnya bagi industri kreatif yang harus selalu membawakan inovasi-inovasi baru yang terdepan bagi produknya agar tidak terlempar dari dunia industri. Namun, pasti setiap perusahaan juga telah memiliki strategi bertahan dan menciptakan hambatan untuk mencegah pesaing baru memasuki pasar demi melindungi tingkat keuntungan perusahaan.
Dibawah ini
merupakan faktor-faktor masuknya pesaing baru tergantung pada :
- Loyalitas pelanggan. Pelanggan yang telah memiliki loyalitas akan
produk menciptakan hambatan bagi pesaing baru dalam mengambil hati pelanggan.
- Diferensiasi produk. Dimana perusahaan memiliki karakteristik
khusus mengenai produknya, bisa juga dengan memiliki identifikasi merek/ brand
image yang baik yang memberikan cap perbedaan dalam benak pelanggan.
- Biaya investasi. Kebutuhan investasi yang besar merupakan salah
satu penghalang bagi pendatang baru untuk masuk. Terutama bila biaya investasi
tersebut dipakai untuk biaya periklanan, kegiatan penelitian dan pengembangan.
- Biaya beralih pemasok (Switching cost). Biaya yang dibutuhkan
pesaing baru untuk beralih darri satu pemasok ke pemasok lain menjadi salah
satu hambatan bagi pesaing baru.
- Akses ke distribusi. Untuk mendapatkan jalur distribusi pelanggan
dan pemasok yang tepat merupakan tantangan awal yang selalu dihadapi pesaing
baru. Terutama bila pesaing telah terikat dengan jalur distribusi yang ada,
sehingga terkadang pesaing baru harus mencari atau membuat jalur distribusi
yang baru.
- Kebijakan pemerintah. Kebijaka pemerintah dalam penyelenggaraan
jaringan dapat menjadi salah satu hambatan masuk.
Easy to Enter
if there is:
- Common technology
- Little brand franchise
- Access to distribution channels
- Low scale threshold
|
Difficult to
Enter if there is:
- Patented or proprietary know-how
- Difficulty in brand switching
- Restricted distribution channels
- High scale threshold
|
Easy to Exit
if there are:
- Salable assets
- Low exit costs
- Independent businesses
|
Difficult to
Exit if there are:
- Specialized assets
- High exit costs
- Interrelated businesses
|
Buyer Power (Kekuatan Pembeli)
Kekuatan pembeli memiliki peran dalam menekan harga produsen. Apalagi bila keadaan suatu pasar dipenuhi oleh banyak supplier tetapi pembelinya hanya satu, maka pembeli dapat menentukan harga. Terutama bila pembeli membeli barang dalam jumlah besar, jika seandainya pembeli menyetop pembelian maka perusahaan akan terancam kehilangan pemasukannya. Selain itu kekuatan pembeli juga memberikan pengaruh terhadap peningkatan penawaran serta peningkatan pelayanan dan kualitas diantara para perusahaan yang bersaing memperebutkan pelanggan.
Supplier Power (Kekuatan Supplier)
Hubungan antara supplier dengan konsumen terjadi ketika supplier menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap pembeli dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk/ jasa yang akan dibeli. Kekuatan supplier dapat dikatakan tinggi bila memerlukan switching cost yang besar dalam melakukan penggantian supplier.
Hubungan antara supplier dengan konsumen terjadi ketika supplier menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap pembeli dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk/ jasa yang akan dibeli. Kekuatan supplier dapat dikatakan tinggi bila memerlukan switching cost yang besar dalam melakukan penggantian supplier.
Kekuatan pemasok terlihat apabila :
- Tidak terdapat barang pengganti yang dijual oleh industri lain.
- Bila pemasok memiliki beberapa pelanggan atau tidak terpatok pada suatu industri saja.
- Kelompok pemasok melakukan integrasi yang maju dalam suatu industri.
- Profitabilitas supplier.
Threat of Subtitutes Product (Ancaman Dari Produk/Jasa Pengganti)
Adanya
produk pengganti akan memotong jumlah keuntungan yang didapat perusahaan.
Terutama bila munculnya barang pengganti menyebabkan terjadinya perubahan harga
di pasaran yang mempengaruhi tingkat permintaan konsumen ke perusahaan. Semakin
banyaknya barang pengganti, maka elastisitas harga akan menjadi semakin tinggi.
Hal ini juga dapatmenjadi batasan bagi perusahaan untuk menaikkan harga barang
produksinya.
Tingkat ancaman dari produk/ layanan pengganti terlihat pada :
Tingkat ancaman dari produk/ layanan pengganti terlihat pada :
- Apabila tingkat layanan atau kualitas barang pengganti lebih baik dan inovatif, mengancam terjadinya perpindahan pelanggan.
- Apabila produk/ layanan pengganti mudah didapatkan dipasaran maka akan memperbesar barang pilihan bagi pembeli.
- Apabila produk/ layanan pengganti memberikan penawaran harga yang lebih baik atau lebih murah.
Apa itu 3 Strategy Generic Porter’s ?
Strategi Harga murah (Overall Cost Leadership Strategy)
Strategi Harga murah (Overall Cost Leadership Strategy)
Dalam
strategi ini, perusahaan berusaha untuk menghasilkan produk dengan harga murah
yang bertujuan untuk menekan biaya produksi, promosi maupun riset.
Strategi Pembedaan produk (Differentiation Strategy)
Strategi
dimana perusahaan berusaha menciptakan perbedaan yang lebih (kualitas, harga,
inovasi, bentuk, dll) pada produknya agar dapat menjadi suatu kelebihan dari
produk pesaing lainnya. Hal ini dipercaya dapat menarik perhatian lebih
konsumennya.
Strategi Fokus (Focus Strategy)
Strategi dimana
perusahaan membangun keunggulan bersaing dalam suatu market penujalan yang
lebih kecil, agar target penjualan, pemasaran, lajur distribusi barang dan
pesaing dapat dikenal lebih jelas dan dikuasai dengan baik.
Analisis kasus dengan pendekatan Porter’s
Five Forces dan 3 Strategy Generic Porter’s
Pada
kesempatan kali ini saya akan mencoba menganalisis perusahaan Alfamart dengan
menggunakan pendekatan Porter’s Five Forces dan 3 Strategy Generic Porter’s.
Latar
belakang perusahaan
Alfamart
pertamakali didirikan oleh Djoko Sutanto pada tanggal 22 Februari 1989, yang
pada mulanya beroperasi di Jln. Beringin jaya, Karawaci, Tanggerang –Banten.
Pada bulan Desember 1989, PT. Sampoerna, Tbk memiliki hak aset perusahaan
sebesar 70% dan PT. Sigmantara Alfindo sebesar 30%. Dengan visi dan misi nya
“Belanja puas, harga pas” , PT. Sumber
Alfaria Trijaya, Tbk (nama perusahan yang sekarang) telah berjalan selama 20
tahun. Pada saat ini Alfamart telah memiliki 21 kantor cabang yang tersebar di
Pulau Jawa, Bali, Sumatera & Sulawesi dengan lebih dari 6000 toko.
Alfamart merupakan salah satu perusahaan
bisnis retail minimarket yang terkemuka di Indonesia. Dengan menyediakan
berbagai kebutuhan rumahtangga sehari-hari dari mulai produk makanan, minuman,
produk kecantikan, alat tulis, pulsa elektronik sampai ke alat sederhana rumah
tangga (gayung, ember, keset kaki, sapu, dll). Harga yang dipatok pun sangat
mudah dijangkau, sebagai target market utamanya adalah untuk konsumen kelas
ekonomi rendah sampai ke kelas ekonomi menengah. Pelayanan yang ramah, produk
yang berkualitas, harga yang murah, serta toko yang mudah dikunjungi karena
memiliki cabang dibanyak tempat menjadi keunggulan Alfamart.
Analisa
Kasus
Penganalisaan akan dimulai dengan menggunakan pendekatan Porter’s Five Forces.
Penganalisaan akan dimulai dengan menggunakan pendekatan Porter’s Five Forces.
- Rivalry (Persaingan)
Pada poin
pendekatan ini, Alfamart memiliki beberapa pesaing dalam bisnis minimarket
retail dari mulai yang terbesar sampai yang terkecil. Alfamart boleh dikatakan
mampu dalam mengalahkan pesaing-pesaing lamanya yang telah lebih dahulu memasuki
dunia bisnis ini (seperti Indomaret, dll). Dapat terlihat dari banyaknya jumlah
cabang dan toko yang tersebar di beberapa Pulau di Indonesia. Selain itu,
pesaing utama Alfamart adalah minimarket Indomaret, karena secara kasat mata
persaingan antara kedua minimarket ini terlihat dari letak toko yang sering
bersebelahan atau berdekatan jaraknya.
Dalam kasus
ini, Alfamart berusaha menggunakan strategi competitive advantage dan
differentiation advantage. Strategi competitive advantage nya adalah dengan menggunakan
pendekatan keunggulan harga (cost advantage). Alfamart berusaha menjual
produknya dengan harga yang lebih murah dan dengan kualitas yang sama baiknya
atau bahkan lebih, karena jenis produk yang dipasarkan sama. Selain itu
strategi competitive advantage yang lain yang dilakukan adalah dengan melakukan
inovasi-inovasi baru dalam pelayanan yang diberikan. Inovasi yang diciptakan
oleh Alfamart adalah dengan membuat program member bagi pelanggan setianya. Dengan
program member ini pelanggan akan diberikan kartu anggota/member card yang akan
digunakan pada saat pelanggan akan melakukan pembayaran. Pelanggan hanya perlu
memberikan kartu membernya kepada kasir, lalu kasir akan mencatat ID kartu
member dan secara otomatis pelanggan tersebut akan mendapatkan potongan/ diskon
dalam pembayarannya tersebut. Setiap penggunaan kartu member pelanggan juga
mendapatkan poin-poin yang akan tercatat dalam kartu member. Poin-poin tersebut
berguna untuk mendapatkan berbagai undian-undian berhadiah. Semakin banyak poin,
kesempatan untuk memenangkan undian semakin terbuka lebar. Alfamart berusaha
mencipatakan customer relationship yang baik dengan memberikan hadiah hiburan
kepada pelanggan setianya.
Dapat
dikatakan bahwa lingkungan persaingan dalam bisnis minimarket retail ini cukup
besar, dilihat dari pertumbuhan industrinya yang cukup pesat, hambatan keluar
yang sangat kecil, dan kompetitor yang berusaha mengejar pertumbuhan pasar
secara agresif.
- Barriers To Entry (Hambatan masuk)
Hambatan
masuk yang berusaha diciptakan oleh Alfamart adalah dengan memberikan pelayanan
yang baik kepada para pelanggannya, tempat yang nyaman dan bersih untuk
berbelanja, dan harga barang yang murah. Namun selain itu, Alfamart juga
berusaha untuk membuka cabang di banyak tempat agar mudah ditemukan oleh
pembeli. Hampir di setiap daerah jalan-jalan pemukiman sekitar 200m – 300m
terdapat toko Alfamart. Target Market Alfamart adalah untuk kalangan
rumahtangga, oleh sebab itu toko-toko Alfamart terdapat di kawasan pemukiman
warga. Hal ini mempersulit pendatang baru utk masuk, karena melihat sempitnya
celah/peluang untuk masuk. Dan strategi tersebut telah merubah sedikit kebiasaan/
mindset para pembeli yaitu jika mereka membutuhkan sesuatu hal untuk dibeli,
mereka akan langsung datang ke Alfamart bukan ke warung, karena tokonya yang
mudah dijangkau dari tempat tinggal mereka, barang-barang yang dijual lebih
beragam, harga yang sama murahnya, serta toko yang bersih dan nyaman.
- Buyer Power (Kekuatan Pembeli)
Kekuatan
pembeli besar terjadi pada kasus ini, karena jumlah pelanggannya yang besar. Oleh
sebab itu Alfamart tidak dapat memonopoli harga jual produknya. Karena Alfamart
dapat kehilangan pelanggannya jika pelanggannya berpindah kelain hati hanya
karena perubahan harga yang tidak sesuai/ pas dengan kemampuan pelanggannya.
Apalagi target utama pasarnya ditujukkan untuk rumahtangga ekonomi rendah
sampai ke ekonomi menengah.
- Supplier Power (Kekuatan Pemasok)
Kekuatan
supplier disini tidak terlalu besar dikarenakan jenis barang yang dijual adalah
barang kebuthan sehari-hari. Barang-barang ini memang telah memiliki harga pasaran
yang tidak mahal, serta jumlah suppliernya banyak. Tidak membutuhkan biaya yang
bisar jika perusahaan ingin berpindah ke supplier yang lainnya.
- Threat of Subtitutes Product (Ancaman Dari Produk/Jasa Pengganti)
Akhir-akhir
ini banyak bermunculan pesaing-pesaing baru dalam ranah bisnis minimarket. Para
pendatang tersebut memasuki industri ini dengan membawa inovasi baru, yaitu
minimarket yang beroperasi selama 24 jam dan memberikan fasilitas-fasilitas
tambahan yang membuat pelanggan lebih nyaman. Dengan konsep minimarket yang
sekaligus menjadi tempat untuk “nongkrong” sedang digandrungi pada saat ini, khususnya bagi kaum muda (13thn - 30thn). Fasilitas
yang diberikan adalah tempat duduk dengan meja kecil yang nyaman untuk 2 orang -5
orang, dilengkapi dengan saluran internet wi-fi yang gratis, tersedia
makanan-makan ringan yang tepat untuk bersantai (hot dog, roti, kopi, teh, hot
chocolate, minuman bersoda, dll) dimana pelanggan dapat melayani dirinya
sendiri dengan membuat kopi yang sesuai dengan selera masing-masing sebagai
contohnya. Ruangan yang nyaman dan ber-AC pun disediakan, namun bagi pelanggan
yang suka untuk menikmati pemandangan luar, tempat ini pun tersedia.
Selanjutnya
penganalisaan menggunakan 3 Strategy Generic Porter’s.
Dari ketiga strategi Porter, perusahaan Alfamart
menggunakan Strategi Fokus (Focus Strategy). Mengapa? Karena Alfamart sudah
memiliki jumlah pelanggan yang berjumlah sangat besar sehingga perusahaan harus
mampu melayani kepuasan serta permintaan pelanggannya. Apalagi Alfamart sudah
hampir menjadi toko “wajib” yang harus ada disetiap kawasan pemukiman. Brand
image yang telah melekat pada pemikiran pelanggan adalah Alfamart sebagai
minimarket bukan sebagai convenience store seperti Seven Eleven, Indomaret Point,
Circle K, dll. Sejauh ini Alfamart tidak melakukan perubahan/ penambahan model
penjualannya. Alfamart tetap menjalankan seluruh fokus target market utamanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)