Thursday, April 18, 2013

Analisis Minimarket Alfamart dengan menggunakan Porter's Five Forces & Strategy Generic Porter's



Apa itu Porter’s Five Forces?

Porter’s Five Forces adalah sebuah kerangka model/ alat  yang digunakan untuk menganalisis keadaan lingkungan bisnis dan untuk mengembangkan strategi bisnis perusahaan. Pemodelan Porter’s Five Forces ini pertama kali dikemukakan di dalam buku “Competitive Analysis” oleh Michael Porter, seorang dosen jurusan bisnis di Universitas Hardvard. Pemodelan Porter’s Five Forces merupakan lima kekuatan utama yang perlu untuk dianalisis sebelum melakukan tindakan pengambilan keputusan. Penganalisaan tersebut menghasilkan jawaban-jawaban penting bagi perusahaan yang sangat membantu untuk memahami lebih kompleks mengenai lingkungan bisnis yang sedang dijalankan, dan membantu untuk mengetahui standart keunggulan yang dibutuhkan dalam kompetisi perdagangan untuk saat ini maupun waktu yang akan datang. Hasil analisis tersebut juga menjadi input yang berguna dalam analisis SWOT. Dengan begitu perusahaan dapat mengantisipasi kelemahan dan ancaman-ancaman baru, meningkatkan kekuatan perusahaan, serta dapat menghindari terjadinya pengambilan keputusan yang salah.




Berikut ini adalah pendekatan Porter’s Five Forces :






Rivalry (Persaingan)

Model pendekatan ini membantu dalam mengetahui seberapa kuat kompetisi yang sedang terjadi diantara pesaing yang sudah ada. Para kompetitor saling memperebutkan market share. Dalam sistem ekonomi tradisional para kompetitor bersaing dalam segi harga, namun seiring berkembangnya teknologi yang sangat cepat memunculkan inovasi-inovasi baru yang menyebabkan persaingan pada saat ini lebih berkembang, yaitu persaingan dalam keunggulan kompetitif (Competitive Advantage). Dalam hal ini para pesaing berusaha menggunakan pendekatan keunggulan harga (Cost Advantage), yaitu memberikan penawaran yang sama dengan harga yang lebih rendah. Ada juga bentuk persaingan dalam hal keunggulan diferensiasi (Differentiation Advantage), dimana pesaing berusaha menciptakan produk yang lebih bagus dan inovatif dibandingkan dengan produk lawannya.
Besar kecilnya persaingan yang terjadi antar kompetitor dapat dilihat melalui seberapa besar tingkat concentration rasionya. Bila tingkat concentration rationya tinggi, mengindikasikan bahwa jumlah pesaingnya hanya sedikit. Biasanya hal ini terjadi dalam kasus persaingan antara perusahaan-perusahaan besar saja, yang kecendrungannya akan terjadi monopoli dalam pasar karena kurangnya persaingan. Sedangkan bila tingkat concentration rationya rendah, hal itu mengindikasikan bahwa terdapat banyak pesaing dalam industri tersebut. Dalam hal ini marketshare tidak dikuasai oleh perusahaaan tertentu secara signifikan.

 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat persaingan:
- Diferensiasi Produk, yaitu jika industri yang produknya dianggap sebagai komoditas, maka pilihan pembeli banyak didasarkan oleh karena pelayanan dan harga yang dapat menyebabkan desakan untuk melakukan persaingan harga dan pelayanan semakin tinggi.

- Biaya Produk, yaitu industri yang memiliki biaya tinggi akan mendorong kompetitornya untuk menghasilkan produk/ jasa yang lebih murah.

Perpindahan biaya, yaitu bila terjadi perpindahan konsumen ke harga yang lebih tinggi maka persaingan akan berkurang.

Hambatan untuk keluar, yaitu jika hambatan untuk keluar dari industri semakin sulit maka persaingan akan semakin besar.

Pertumbuhan industri yang lamban akan mengubah persaingan menjadi ajang perebutan pangsa pasar bagi perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan ekspansi.

Tujuan strategis, yaitu jika kompetitor mengerjar pertumbuhan secara agresif maka persaingan yang terjadi akan semakin besar.

Barriers to Entry (Hambatan Masuk)

Persaingan tidak hanya terfokus kepada pesaing-pesaing lama saja, namun pesaing baru pun mampu menjadi kompetitor yang patut untuk di wapasdai. Ancaman bagi pendatang baru perlu diperhatikan karena biasanya datang kedalam dunia industri dengan membawa ide, inovasi dan strategi yang baru. Sulit halnya bagi industri kreatif yang harus selalu membawakan inovasi-inovasi baru yang terdepan bagi produknya agar tidak terlempar dari dunia industri. Namun, pasti setiap perusahaan juga telah memiliki strategi bertahan dan menciptakan hambatan untuk mencegah pesaing baru memasuki pasar demi melindungi tingkat keuntungan perusahaan.

 Dibawah ini merupakan faktor-faktor masuknya pesaing baru tergantung pada :
- Loyalitas pelanggan. Pelanggan yang telah memiliki loyalitas akan produk menciptakan hambatan bagi pesaing baru dalam mengambil hati pelanggan.

- Diferensiasi produk. Dimana perusahaan memiliki karakteristik khusus mengenai produknya, bisa juga dengan memiliki identifikasi merek/ brand image yang baik yang memberikan cap perbedaan dalam benak pelanggan.

- Biaya investasi. Kebutuhan investasi yang besar merupakan salah satu penghalang bagi pendatang baru untuk masuk. Terutama bila biaya investasi tersebut dipakai untuk biaya periklanan, kegiatan penelitian dan pengembangan.

- Biaya beralih pemasok (Switching cost). Biaya yang dibutuhkan pesaing baru untuk beralih darri satu pemasok ke pemasok lain menjadi salah satu hambatan bagi pesaing baru.

- Akses ke distribusi. Untuk mendapatkan jalur distribusi pelanggan dan pemasok yang tepat merupakan tantangan awal yang selalu dihadapi pesaing baru. Terutama bila pesaing telah terikat dengan jalur distribusi yang ada, sehingga terkadang pesaing baru harus mencari atau membuat jalur distribusi yang baru.

- Kebijakan pemerintah. Kebijaka pemerintah dalam penyelenggaraan jaringan dapat menjadi salah satu hambatan masuk.


Easy to Enter if there is:


 Common technology
-  Little brand franchise
- Access to distribution channels
- Low scale threshold
Difficult to Enter if there is:

  - Patented or proprietary know-how
 - Difficulty in brand switching
 - Restricted distribution channels
 - High scale threshold
Easy to Exit if there are:

-  Salable assets
-   Low exit costs 
 Independent businesses
Difficult to Exit if there are:

 Specialized assets
 High exit costs
-    Interrelated businesses

















Buyer Power (Kekuatan Pembeli)

Kekuatan  pembeli memiliki peran dalam menekan harga produsen. Apalagi bila keadaan suatu pasar dipenuhi oleh banyak supplier tetapi pembelinya hanya satu, maka pembeli dapat menentukan harga. Terutama bila pembeli membeli barang dalam jumlah besar, jika seandainya pembeli menyetop pembelian maka perusahaan akan terancam kehilangan pemasukannya. Selain itu kekuatan pembeli juga memberikan pengaruh terhadap peningkatan penawaran serta peningkatan pelayanan dan kualitas diantara para perusahaan yang bersaing memperebutkan pelanggan.

Supplier Power (Kekuatan Supplier)

Hubungan antara supplier dengan konsumen terjadi ketika supplier menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap pembeli dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk/ jasa yang akan dibeli. Kekuatan supplier dapat dikatakan tinggi bila memerlukan switching cost yang besar dalam melakukan penggantian supplier.

Kekuatan pemasok terlihat apabila :

  1. Tidak terdapat barang pengganti yang dijual oleh industri lain.
  2. Bila pemasok memiliki beberapa pelanggan atau tidak terpatok pada suatu industri saja.
  3. Kelompok pemasok melakukan integrasi yang maju dalam suatu industri.
  4. Profitabilitas supplier.



 Threat of Subtitutes Product (Ancaman Dari Produk/Jasa Pengganti)

Adanya produk pengganti akan memotong jumlah keuntungan yang didapat perusahaan. Terutama bila munculnya barang pengganti menyebabkan terjadinya perubahan harga di pasaran yang mempengaruhi tingkat permintaan konsumen ke perusahaan. Semakin banyaknya barang pengganti, maka elastisitas harga akan menjadi semakin tinggi. Hal ini juga dapatmenjadi batasan bagi perusahaan untuk menaikkan harga barang produksinya.

Tingkat ancaman dari produk/ layanan pengganti terlihat pada :


  1. Apabila tingkat layanan atau kualitas barang pengganti lebih baik dan inovatif, mengancam terjadinya perpindahan pelanggan.
  2. Apabila produk/ layanan pengganti mudah didapatkan dipasaran maka akan memperbesar barang pilihan bagi pembeli.
  3. Apabila produk/ layanan pengganti memberikan penawaran harga yang lebih baik atau lebih murah.

Apa itu 3 Strategy Generic Porter’s ?

Strategi Harga murah (Overall Cost Leadership Strategy)
Dalam strategi ini, perusahaan berusaha untuk menghasilkan produk dengan harga murah yang bertujuan untuk menekan biaya produksi, promosi maupun riset.

Strategi Pembedaan produk (Differentiation Strategy)
Strategi dimana perusahaan berusaha menciptakan perbedaan yang lebih (kualitas, harga, inovasi, bentuk, dll) pada produknya agar dapat menjadi suatu kelebihan dari produk pesaing lainnya. Hal ini dipercaya dapat menarik perhatian lebih konsumennya.

Strategi Fokus (Focus Strategy)
Strategi dimana perusahaan membangun keunggulan bersaing dalam suatu market penujalan yang lebih kecil, agar target penjualan, pemasaran, lajur distribusi barang dan pesaing dapat dikenal lebih jelas dan dikuasai dengan baik.

Analisis kasus dengan pendekatan Porter’s Five Forces dan 3 Strategy Generic Porter’s

Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba menganalisis perusahaan Alfamart dengan menggunakan pendekatan Porter’s Five Forces dan 3 Strategy Generic Porter’s.

Latar belakang perusahaan

Alfamart pertamakali didirikan oleh Djoko Sutanto pada tanggal 22 Februari 1989, yang pada mulanya beroperasi di Jln. Beringin jaya, Karawaci, Tanggerang –Banten. Pada bulan Desember 1989, PT. Sampoerna, Tbk memiliki hak aset perusahaan sebesar 70% dan PT. Sigmantara Alfindo sebesar 30%. Dengan visi dan misi nya “Belanja puas, harga pas” , PT.  Sumber Alfaria Trijaya, Tbk (nama perusahan yang sekarang) telah berjalan selama 20 tahun. Pada saat ini Alfamart telah memiliki 21 kantor cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Bali, Sumatera & Sulawesi dengan lebih dari 6000 toko.






Alfamart merupakan salah satu perusahaan bisnis retail minimarket yang terkemuka di Indonesia. Dengan menyediakan berbagai kebutuhan rumahtangga sehari-hari dari mulai produk makanan, minuman, produk kecantikan, alat tulis, pulsa elektronik sampai ke alat sederhana rumah tangga (gayung, ember, keset kaki, sapu, dll). Harga yang dipatok pun sangat mudah dijangkau, sebagai target market utamanya adalah untuk konsumen kelas ekonomi rendah sampai ke kelas ekonomi menengah. Pelayanan yang ramah, produk yang berkualitas, harga yang murah, serta toko yang mudah dikunjungi karena memiliki cabang dibanyak tempat menjadi keunggulan Alfamart.

Analisa Kasus
Penganalisaan akan dimulai dengan menggunakan pendekatan Porter’s Five Forces.


  • Rivalry (Persaingan)


Pada poin pendekatan ini, Alfamart memiliki beberapa pesaing dalam bisnis minimarket retail dari mulai yang terbesar sampai yang terkecil. Alfamart boleh dikatakan mampu dalam mengalahkan pesaing-pesaing lamanya yang telah lebih dahulu memasuki dunia bisnis ini (seperti Indomaret, dll). Dapat terlihat dari banyaknya jumlah cabang dan toko yang tersebar di beberapa Pulau di Indonesia. Selain itu, pesaing utama Alfamart adalah minimarket Indomaret, karena secara kasat mata persaingan antara kedua minimarket ini terlihat dari letak toko yang sering bersebelahan atau berdekatan jaraknya.
Dalam kasus ini, Alfamart berusaha menggunakan strategi competitive advantage dan differentiation advantage. Strategi competitive advantage nya adalah dengan menggunakan pendekatan keunggulan harga (cost advantage). Alfamart berusaha menjual produknya dengan harga yang lebih murah dan dengan kualitas yang sama baiknya atau bahkan lebih, karena jenis produk yang dipasarkan sama. Selain itu strategi competitive advantage yang lain yang dilakukan adalah dengan melakukan inovasi-inovasi baru dalam pelayanan yang diberikan. Inovasi yang diciptakan oleh Alfamart adalah dengan membuat program member bagi pelanggan setianya. Dengan program member ini pelanggan akan diberikan kartu anggota/member card yang akan digunakan pada saat pelanggan akan melakukan pembayaran. Pelanggan hanya perlu memberikan kartu membernya kepada kasir, lalu kasir akan mencatat ID kartu member dan secara otomatis pelanggan tersebut akan mendapatkan potongan/ diskon dalam pembayarannya tersebut. Setiap penggunaan kartu member pelanggan juga mendapatkan poin-poin yang akan tercatat dalam kartu member. Poin-poin tersebut berguna untuk mendapatkan berbagai undian-undian berhadiah. Semakin banyak poin, kesempatan untuk memenangkan undian semakin terbuka lebar. Alfamart berusaha mencipatakan customer relationship yang baik dengan memberikan hadiah hiburan kepada pelanggan setianya.
Dapat dikatakan bahwa lingkungan persaingan dalam bisnis minimarket retail ini cukup besar, dilihat dari pertumbuhan industrinya yang cukup pesat, hambatan keluar yang sangat kecil, dan kompetitor yang berusaha mengejar pertumbuhan pasar secara agresif.


  • Barriers To Entry (Hambatan masuk)
Hambatan masuk yang berusaha diciptakan oleh Alfamart adalah dengan memberikan pelayanan yang baik kepada para pelanggannya, tempat yang nyaman dan bersih untuk berbelanja, dan harga barang yang murah. Namun selain itu, Alfamart juga berusaha untuk membuka cabang di banyak tempat agar mudah ditemukan oleh pembeli. Hampir di setiap daerah jalan-jalan pemukiman sekitar 200m – 300m terdapat toko Alfamart. Target Market Alfamart adalah untuk kalangan rumahtangga, oleh sebab itu toko-toko Alfamart terdapat di kawasan pemukiman warga. Hal ini mempersulit pendatang baru utk masuk, karena melihat sempitnya celah/peluang untuk masuk. Dan strategi tersebut telah merubah sedikit kebiasaan/ mindset para pembeli yaitu jika mereka membutuhkan sesuatu hal untuk dibeli, mereka akan langsung datang ke Alfamart bukan ke warung, karena tokonya yang mudah dijangkau dari tempat tinggal mereka, barang-barang yang dijual lebih beragam, harga yang sama murahnya, serta toko yang bersih dan nyaman.

  • Buyer Power (Kekuatan Pembeli)
Kekuatan pembeli besar terjadi pada kasus ini, karena jumlah pelanggannya yang besar. Oleh sebab itu Alfamart tidak dapat memonopoli harga jual produknya. Karena Alfamart dapat kehilangan pelanggannya jika pelanggannya berpindah kelain hati hanya karena perubahan harga yang tidak sesuai/ pas dengan kemampuan pelanggannya. Apalagi target utama pasarnya ditujukkan untuk rumahtangga ekonomi rendah sampai ke ekonomi menengah.

  • Supplier Power (Kekuatan Pemasok)
Kekuatan supplier disini tidak terlalu besar dikarenakan jenis barang yang dijual adalah barang kebuthan sehari-hari. Barang-barang ini memang telah memiliki harga pasaran yang tidak mahal, serta jumlah suppliernya banyak. Tidak membutuhkan biaya yang bisar jika perusahaan ingin berpindah ke supplier yang lainnya.

  •  Threat of Subtitutes Product (Ancaman Dari Produk/Jasa Pengganti)
Akhir-akhir ini banyak bermunculan pesaing-pesaing baru dalam ranah bisnis minimarket. Para pendatang tersebut memasuki industri ini dengan membawa inovasi baru, yaitu minimarket yang beroperasi selama 24 jam dan memberikan fasilitas-fasilitas tambahan yang membuat pelanggan lebih nyaman. Dengan konsep minimarket yang sekaligus menjadi tempat untuk “nongkrong” sedang digandrungi pada saat ini,  khususnya bagi kaum muda (13thn - 30thn). Fasilitas yang diberikan adalah tempat duduk dengan meja kecil yang nyaman untuk 2 orang -5 orang, dilengkapi dengan saluran internet wi-fi yang gratis, tersedia makanan-makan ringan yang tepat untuk bersantai (hot dog, roti, kopi, teh, hot chocolate, minuman bersoda, dll) dimana pelanggan dapat melayani dirinya sendiri dengan membuat kopi yang sesuai dengan selera masing-masing sebagai contohnya. Ruangan yang nyaman dan ber-AC pun disediakan, namun bagi pelanggan yang suka untuk menikmati pemandangan luar, tempat ini pun tersedia.

Selanjutnya penganalisaan menggunakan 3 Strategy Generic Porter’s.

Dari ketiga strategi Porter, perusahaan Alfamart menggunakan Strategi Fokus (Focus Strategy). Mengapa? Karena Alfamart sudah memiliki jumlah pelanggan yang berjumlah sangat besar sehingga perusahaan harus mampu melayani kepuasan serta permintaan pelanggannya. Apalagi Alfamart sudah hampir menjadi toko “wajib” yang harus ada disetiap kawasan pemukiman. Brand image yang telah melekat pada pemikiran pelanggan adalah Alfamart sebagai minimarket bukan sebagai convenience store seperti Seven Eleven, Indomaret Point, Circle K, dll. Sejauh ini Alfamart tidak melakukan perubahan/ penambahan model penjualannya. Alfamart tetap menjalankan seluruh fokus target market utamanya.


2 comments:

  1. maaf bila ada kesalahan dalam font penulisannya. akan saya update segera agar lebih nyaman untuk dibaca :)

    ReplyDelete
  2. hallo mbak, sekedar berbagi pendapat saja. Menurut saya, Alfamart tidak menggunakan focus strategy, hal itu dapat dilihat dari berbagai macam sisi, mulai dari product differentiation dan superior value alfamart yang principally berdasarkan harga, alfamart menawarkan harga yang murah. Oke hal tersebut masih dapat dibilang focus, tepatnya cost focus. Akan tetapi yang sangat jelas terlihat, alfamart lebih fokus kepada produk ketimbang pada pelanggannya, selain itu, dapat dikatakan alfamart memiliki channel yang banyak dan tersebar di seluruh Indonesia, dan menjadikannya memiliki segmentasi pasar yang sangat luas. Siapapun dapat menjadi target market alfamart. Bukan jumlahnya, namun kelompok pasarnya. Alfamart tidak memiliki kelompok pasar yang spesifik. Sedangkan ciri utama yang mencolok dari focus strategy adalah sedikitnya channel dan segmentasi pasar yang dituju.
    Berdasarkan hal-hal di atas, semakin dapat disimpulkan bahwa Alfamart lebih condong pada cost leadership
    Terimakasih. Mohon maaf jika tidak sesuai dengan pemikiran Anda

    Cheers :)

    ReplyDelete